Senin, 30 Mei 2011

Pertemuan dan Perpisahan

Kadang kala kita tidak mengetahui kapan akan bahagia. Meskipun sebenarnya, kita dapat menebak kebahagiaan itu, terkadang meleset. Segala sesuatu yang menurut kita akan membawa kebahagiaan, belum tentu mendatangkan apa yang kita inginkan. Bahkan terkadang menjadikan kebalikannya. Namun segala sesuatu yang menurut kita akan mendatangkan kesedihan, terkadang akan membawa kebahagiaan.

Pertemuan memang menyenangkan. Namun apakah ada yang dapat memastikan bahwa dari pertemuan itu akan membawa kebahagiaan??? Tidak!!! Namun bisa berubah menjadi “iya” apabila kita sama-sama tahu apa yang kita inginkan dari pertemuan itu. Tetapi jika kita sama-sama tidak mengetahui tujuan pertemuan itu, jawaban “iya” atau “tidak” takkan pernah kita dapatkan.

Walaupun pada awalnya akan selalu terlihat indah dan menyenangkan, banyak pertemuan yang akhirnya mendatangkan kesedihan, dendam, sakit hati, dll. Pertemuan yang berakhir dengan perasaan terluka dari salah satu atau kedua belah pihak. Ini menjadi bukti bahwa setiap pertemuan belum tentu mendatangkan kebahagiaan. Akan tetapi, pertemuan dengan seorang musuh / orang yang dibenci, tidak selamanya akan menjadi menyebalkan. Bisa terjadi kemungkinan bahwa setelah pertemuan itu, kita dengan dia akan menjadi berbaikan atau bahkan menjadi lebih dari sekadar teman.

Perpisahan. Apakah perpisahan akan selalu mendatangkan kesedihan??? Pasti untuk pertama kali. Sesaat setelah kita berpisah dengan orang, pasti kita akan merasa kehilangan. Baik berpisah secara baik-baik maupun tidak, selalu akan mendatangkan perasaan tidak terima bagi diri kita dan dia. Namun apakah perpisahan hanya berorientasi pada kesedihan??? Belum tentu.

Terkadang, kita memerlukan perpisahan untuk dapat mengerti seberapa berartinya seseorang bagi kita. Terkadang, kita memerlukan berpisah untuk mengukur seberapa kita menyayangi atau membenci seseorang. Terkadang, akhir dari perpisahan adalah hal-hal yang menyenangkan. Kita dapat memperoleh kembali orang yang dulunya berarti bagi hidup kita. Kita dapat memastikan seberapa berharganya orang itu bagi kita sehingga kita tidak dengan seenaknya berperilaku terhadap dia.

Nah, apakah arti pertemuan dan perpisahan bagi kita selalu bahagia dan sedih??? Apakah yang kita pikirkan selalu pertemuan identik dengan kebahagiaan dan perpisahan dengan kesedihan???

Memulai Hari yang Baik

Seringkali kita memulai hari dengan perasaan yang malas. Terlebih jika hari Senin itu tiba. Rasanya libur akhir pekan itu masih kurang dan badan serta otak belum mau untuk diajak bekerja sama.

Pernahkah Anda merasakan hal tersebut?

Jawabannya pasti pernah. Meskipun tidak sering, tapi semua orang pasti pernah merasakan malas memulai hari, malas bangun dari tempat tidur untuk memulai aktivitas, dan lain sebagainya. Namun, tahukah anda bahwa apa yang Anda pikirkan akan mempengaruhi hari yang akan dilalui? Apabila kita memikirkan sesuatu yang buruk dan bermalas-malasan di pagi hari, niscaya banyak hal yang tidak beres dalam sehari yang akan dilalui tersebut. Ketika mengalami banyak ketidak beresan, pasti terdapat rasa jengkel dalam diri kita sendiri.

Berbeda jika kita memulai hari dengan perasaan yang senang. Menyambut hari dengan perasaan bersyukur. Membuka lembaran baru dengan penuh puji-pujian kepada Sang Pencipta. Masalah memang pasti akan selalu ada selama seseorang masih hidup dan menginjakkan kaki di tanah. Namun, semua masalah dapat kita atasi. Bahkan tidak jarang kita mendapatkan sesuatu yang luar biasa.

Hanya dengan merubah cara berpiki dan memandang suatu hal, seseorang dapat merasakan perbedaan yang sangat besar. Perbedaan inilah yang akan mempengaruhi hidup, tindakan, dan cara mengambil keputusan seseorang dalam satu hari yang ia jalani. Jadi, mulailah belajar merubah cara berpikir kita.. Niscaya, kita akan mendapatkan kemudahan dalam menjalani hari-hari yang harus dilalui.

Kamis, 12 Mei 2011

Melakukan yang Lebih Baik

Seringkali kita merasa iri ketika melihat orang lain yang melakukan kecurangan lebih sukses dari pada kita.
Seringkali kita merasa tidak suka ketika melihat orang lain yang "menjilat" atasan lebih sukses dari pada kita.
Seringkali kita merasa emosi ketika orang lain yang menghalalkan segala cara lebih sukses dari pada kita.

Berbagai macam rasa berkecamuk dalam diri kita melihat orang yang mendapatkan keberhasilan dengan kecurangan. Bahkan tidak jarang kita ingin mengikuti cara mereka agar dapat cepat memperoleh keberhasilan yang sama. Namun apakah hal itu dapat dibenarkan?

A : Kok lu bisa bisa sih? Emang apa yang lu lakuin?
B : Yah biasalah, kayak gak tau aja..
A : Dih curang sekali..
B : yang penting berhasil kan?
A : ............

Rasa iri, jengkel, tidak terima mungkin menjadi salah satu ungkapan yang wajar kita rasakan. Terlebih karena orang yang berhasil itu menggunakan cara curang atau tidak sepantasnya. Namun, apakah kita harus menjadi sama dengan mereka? Tidakkah kita bisa menjadi lebih benar dari mereka dengan melakukan hal sesuai peraturan? Ataukah memang kita mau disamakan dengan orang-orang yang melakukan kecurangan?

Jangan melihat orang lain ketika kita dapat melakukan suatu hal dengan jalan yang benar. Biarpun semua orang di sekeliling Anda berjalan di jalan yang salah, ada baiknya untuk tidak mengikuti.

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2)

"Dalam menjalankan sebuah usaha, memang kita berusaha mencari keuntungan. Akan tetapi, anak Tuhan harus melakukannya dengan cara yang jujur dan menjadi berkat. Sebab, Tuhan jijik terhadap praktik-praktik curang. Bahkan, hukum juga memandang kecurangan sebagai pelanggaran. Dalam etika dunia usaha pun, meski mungkin sempat mendapat untung lebih besar, mereka yang suka menipu akhirnya akan ditinggalkan para pelanggan. Jadi, jalankanlah setiap usaha kita dengan jujur. Dan, jadilah berkat lewat cara kita menjalankan usaha.
TAK ADA GUNA CURANG DEMI MENDAPAT KEUNTUNGAN SEBAB SESUDAHNYA HATI KITA TAK AKAN TENTERAM" (http://saatteduh.wordpress.com/2011/05/12/curang/)