Senin, 15 Juli 2013

Belajar

Belajar adalah proses yang berlangsung terus menerus dalam hidup. Sejak masa kanak-kanak, kita sudah mulai belajar tentang banyak hal. Dimulai dari belajar mengenal lingkungan, belajar berjalan, belajar bicara, sampai akhirnya kita harus memasuki kehidupan sekolah.

Namun, ternyata pembelajaran tidak berhenti ketika kita telah menyelesaikan satu fase dalam hidup tersebut. Kita masih dihadapkan banyak pembelajaran lain dalam hidup setelahnya. Kita mulai belajar yang namanya dunia sesungguhnya, dimana kita dituntut untuk profesional dalam bekerja, dan masih banyak lagi.

Salah satu pembelajaran dalam hidup ini adalah belajar mengikhlaskan seseorang untuk pergi dalam waktu cukup lama dalam kehidupan kita. Kita harus belajar merelakannya pergi untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Masa depan bersama.

Mudahkah? Sulit dan sangat sulit. Namun, ketika itu harus terjadi dan untuk kebaikan bersama, kenapa tidak?

Sakit? Sangat sakit. Namun, apa mau dikata kembali? Semua untuk kita bersama juga.

Setelah kita dapat melewati sedikit pembelajaran dari hidup tersebut, di depan mata akan ada banyak pembelajaran-pembelajaran yang lainnya. Belajar tentang kehidupan akan berakhir ketika kita telah menyelesaikan semua fase dalam hidup kita.

Kamis, 11 Juli 2013

Menikah dan Pernikahan

"Pernikahan itu bukan cepat-cepatan. Pernikahan itu lama-lamaan. Seberapa lama Anda dapat mempertahankannya." -Hitam Putih-

Menikah adalah sebuah komitmen untuk hidup bersama selamanya. Menikah adalah sebuah keputusan yang diambil bukan karena paksaan dari pihak lain. Keputusan ini haruslah diambil bukan berdasarkan "nafsu" semata.

Menikah membutuhkan sebuah kematangan secara fisik dan mental. Mengapa? Karena setelah menikah, sepasang manusia ini akan keluar dari rumahnya dan membentuk sebuah keluarga sendiri yang lebih sering diumpakan sebagai bahtera.

Pada masa kini, kita sering mendengar anak-anak dengan umur belasan tahun sudah menikah. Apakah mereka telah memiliki kematangan secara mental? Bagaimana mereka menghadapi suatu permasalahan yang cukup berat? Apakah mereka telah siap?

Menikah bukanlah seperti halnya berpacaran yang jika tidak cocok dapat berpisah dengan mudahnya dan mencari seseorang yang lain. Menikah itu hanya sekali untuk selamanya. Meskipun dapat bercerai, tetapi apakah itu adalah suatu penyelesaian? Menyelesaikan masalah dengan perceraian dapat menimbulkan masalah baru. Dan hal ini membuktikan bahwa seseorang itu belum layak untuk menikah.

Pernikahan adalah sebuah upacara yang diadakan untuk memberitahukan bahwa sepasang manusia telah menikah. Pernikahan dapat dibuat semeriah apapun semampu kita. Namun apabila semua tabungan habis hanya untuk sebuah acara sehari, apakah itu layak?

Thing again. Stop pernikahan dini! Belajar dan bekerjalah untuk meraih masa depan yang lebih baik dan bahagia.

Rabu, 03 Juli 2013

Sebuah Penantian

Pagi ini, tiba-tiba telpon pun berdering. Terkejut? Pasti! Siapa yang menelpon sepagi ini. Ingin rasanya tak ku hiraukan telpon yang berdering itu. Ini belum jam kerjaku! Ini masih terlalu pagi untuk aku bekerja. Namun, aku paksakan juga untuk mengangkat telpon itu. Ternyata benar, dari bos di kantor.

"Ya, halo." sapaku kala itu.

"Kamu nanti gantikan saja untuk meeting jam 11 di kantor pusat ya. Jangan lupa. Kita mau ngomongi untuk acara besok. Kamu besok juga harus hadir menggantikan saja," kata orang di seberang telpon.

"Oke." jawabku sambil melirik jam di laptopku.

Oke, aku harus bergegas sekarang. Sudah tidak ada waktu. Perjalananku masih panjang dan aku tidak mau terlambat. Memalukan kantor saja kalau aku harus terlambat karena kurang persiapan waktu. Akhirnya, taxi pun ku hubungi agar dapat mengantarku hingga ke tujuan. Semua persiapan pun kulakukan supaya aku dapat bergegas berangkat.

"Oke, siap! Tinggal menunggu taxi." kataku dalam hati. Semoga hari ini sesuai rencana, jangan seperti kemarin.

Tak berapa lama, aku memutuskan untuk menunggu taxiku datang di bawah. Ternyata taxi ku sudah datang dan menunggu. Aku pun segera berbegas untuk berlalu dari tempat tinggalku. Setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada security yang membukakan pintu, aku dan taxiku pun berlalu.

"Akh, perjalanan yang panjang dan melelahkan." kataku dalam hati sambil menguap.

Aku pun terus memperhatikan jalan yang dilalui oleh taxiku. Mungkin karena belum pernah melewatinya, aku pun bingung dan hendak bertanya. Namun dorongan itu tidak pernah kulakukan. Terus terang, aku malas berurusan dengan supir taxi ini. Aku menganggapnya kurang tau jalan. Aku sendiri pun tidak terlalu mengetahui jalan-jalan menuju kantor pusat. Ya sudah, biarkanlah dia dengan jalannya.

60 menit kemudian, taxiku pun sampai di tempat tujuan. Aku pun turun dan mengucapkan terima kasih. Waktu masih menunjukkan jam 10 lebih-lebih sedikit. Masih belum terlambat datang ke rapat kali ini. Aku senang karena tidak terlambat. Namun, yang aku terima ternyata lebih mengejutkan.

"Rapatnya dimulai setelah jam 1 ya, mbak." kata receptionist yang menerimaku.

"APAAAAA?????" kaget dan tidak dapat berkata apa-apa, itulah yang dapat kulakukan. Akhirnya, aku hanya dapat menanti dan menanti.
Sebuah penantian waktu hingga beberapa jam mendatang.

Membunuh Waktu

Waktu berjalan seiring dengan naluri yang berlalu.
Waktu berlalu selayaknya dia berjalan.
Manusia seringkali mengejar waktu
Ingin menguasai waktu.
Bahkan tidak jarang manusia ingin menaklukkan waktu.

Namun, siapa manusia?
Siapa yang dapat membunuh sang waktu?
Waktu berlalu dengan jalannya sendiri.
Waktu berjalan dengan harapnya sendiri.

Manusia hanya makhluk kecil.
Manusia tidak dapat dibandingkan dengan sang waktu.
Manusia tidak dapat membunuh waktu.
Manusia hanya dapat membuang waktu.
Atau memanfaatkannya dengan maksimal.

Siapa manusia?
Siapa yang dapat membunuh sang waktu?
Waktu berlalu tanpa mengenal sekelilingnya
Waktu berjalan tanpa mengenal lelah.