Kamis, 08 Oktober 2015

Sebuah Kebenaran

Semua orang tidak ada yang mau berada pada pihak salah. Semua orang pasti memiliki alasan untuk membenarkan diri sendiri. Semua orang pasti akan merasa benar terhadap sebuah kejadian. Namun, apakah ada lebih dari sebuah kebenaran di dunia ini? Kebenaran hanya satu dan itulah kebenaran yang hakiki.

Semua orang dapat menyebut bahwa dirinyalah yang paling benar. Semua orang dapat mengaku hanya dirinyalah yang paling beriman. Semua orang dapat berucap bahwa dirinyalah yang tidak pernah berbuat salah. Namun, apakah ada seseorang yang sangat sempurna sehingga tidak dapat berbuat salah dalam dunia ini? Saya rasa semua orang pasti akan berbuat kesalahan baik yang disengaja maupun tidak.

Sangat disayangkan apabila pertiakaian terjadi hanya karena semua orang merasa dirinyalah yang paling benar. Sangat disayangkan apabila pertengkaran terjadi hanya karena semua orang tidak merasa memiliki kesalahan. Sangat disayangkan apabila perpecahan terjadi apabila semua orang merasa tidak pernah salah.

Namun apakah hal tersebut dapat dihindari? Karena semua orang pasti tidak mau disalahkan dan selalu membawa pembenaran untuk dirinya sendiri. Memang kebenaran yang hakiki adalah milik sang Pencipta. Lalu bagaimana cara kita mengetahui berada dipihak yang salah atau benar?
  1. Tidak ada salahnya meminta maaf terlebih dahulu, baik dalam posisi benar maupun salah. Toh, kalaupun kita benar, waktu akan membuka semua kebenaran itu sendiri. Namun kita tidak kehilangan muka karena telah merasa paling benar. Bahkan kita menumbuhkan resepek dari orang lain.
  2. Lihatlah sekeliling. Apakah banyak orang yang merasakan hal yang sama dengan kita atauah hanya kita sendiri yang merasa demikian sedangkan orang lain berada di seberang kita. Tidak mungkin apabila ada sebuah kejadian yang melibatkan 100 orang, 99 orang merasa 1 orang salah dalam kejadian tersebut dan 99 orang tersebut salah sedangkan 1 orang tersebut yang benar.
  3. Orang yang merasa salah akan lebih banyak berbicara daripada yang lain. Bahkan apabila yang lain telah diam, dia akan kebingungan mencari kebenaran untuk dirinya sendiri.

Jadi, dimanakah sebuah kebenaran Kebenaran adalah sebuah misteri.

Rabu, 15 Juli 2015

Mayoritas & Minoritas, Pribumi & Chinese di Indonesia

Beberapa kali sempat terjadi perdebatan antara warga keturunan yang tinggal di Indonesia dengan orang asli pribumi. Bahkan banyak pemberitaan pun mengangkat soal mayoritas dan minoritas ini ke ranah publik. Tidak jarang juga orang yang mempermasalahkan soal keturunan asli Indonesia atau bukan ini. Lalu sebenarnya apakah pokok masalahnya?

Seringkali orang keturunan yang tinggal di Indonesia dituduh mengeruk potensi yang ada dan mengeksploitasinya. Namun benarkah? Tahukah kalian bahwa warga keturunan disini hampir selalu dipersulit? Kalau kata kalian bahwa kami mengeruk hasil bumi Indonesia, apakah buktinya? Untuk membuat suatu usaha pun warga keturunan tidak bisa sebebas orang-orang pribumi.

Seringkali orang-orang keturunan dituduh terlalu eksklusif, membedakan, tidak mau bergaul dengan orang-orang pribumi, dan RASIS. Namun benarkah? Siapakah yang lebih RASIS disini? Orang-orang pribumi yang selalu menyerukan bahwa warga keturunan harus pindah dan jangan "menjajah" Indonesia ataukah orang-orang keturunan yang hanya mencari sesuap nasi di tanah ini?

Saya sendiri memang tidak menyetujui apabila orang keturunan menutup diri dan tidak mau bergaul dengan orang pribumi. Namun perlu di garis bawahi juga bahwa orang pribumi juga tidak layak memperlakukan warga keturunan sebagai musuh. Orang pribumi dan orang keturunan di Indonesia hendaknya sama-sama bergaul dan bergandengan tangan untuk sama-sama membangun Indonesia. Bukan malah bermusuhan dan saling membenci.

Save Indonesia dari RASISME.

Selasa, 29 April 2014

Himpitan dan Tekanan

Taukah kalian bagaimana rasanya dihimpit? Tahukah kalian bagaimana rasanya ditekan? Bagi kalian yang pernah merasakan dihimpit dan ditekan oleh pekerjaan, tugas, atau bahkan atasan, itu artinya kalian belum benar-benar merasakan himpitan dan tekanan. Mengapa demiakian? Karena himpitan dan tekanan yang dimaksud disini adalah ketika dimana kalian benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa dan dipaksa untuk menyerah oleh tangan-tangan Yang Maha Kuasa.

Tekanan pertama yang belakangan aku rasakan adalah ketika aku kehilangan pekerjaan. Mungkin inilah bayaran yang harus aku terima untuk menukar cita-citaku. Sakit? Pasti karena inilah pekerjaan yang sangat mengasikkan. Namun ketika disuru memilih, pastilah aku akan memperjuangkan cita-citaku. Memang pada saat ini pekerjaanku tidak benar-benar hilang, tetapi aku harus menyerahkan kepada orang lain untuk beberapa saat. Tidak rela? Pastinya. Karena aku merasa mampu mengerjakan ini.

Tekanan kedua adalah ketika aku benar-benar menjadi seorang jobless dan tidak tahu harus dibawa kemana masa depanku. Ketika aku benar-benar sudah tidak memiliki pekerjaan. Ketika aku sudah tidak bisa mundur untuk berlindung dibawah ketiak orang tua. Saat-saat ini, ingin rasanya aku kembali menjadi seorang anak yang seolah tanpa beban hidup dan tidak perlu memikirkan "besok harus makan apa". Kali ini benar-benar sudah tidak tahu harus berbuat apa dan apa yang akan terjadi esok. Mau teriak pun sudah tidak bisa. Rasanya, bernafas pun sangat sulit dilakukan.

Tekanan ketiga adalah ketika terdengar kabar bahwa perusahaan tempatnya bekerja sudah tidak sanggup membayar beasiswanya. Bingung? Tentu. Marah? Sangat. Panik? Tidak perlu ditanya. Bagaimana dia bisa bertahan jika beasiswanya tidak dibayar? Bagaimana dengan rencana kami selanjutnya?

Ketiga tekanan yang datang bersamaan. Bisakah kalian bayangkan apa yang bisa aku rasakan? Bisakah kalian bayangkan bagaimana sesaknya nafas ini? Namun disini aku pun belajar bahwa tangan-tangan Yang Maha Kuasa akan bekerja diatas ketidakmampuan anak-Nya.

Minggu, 20 Oktober 2013

Hati-hati dengan Jasa Photography

Saya merasa kecewa dengan jasa fotografer dengan nama H20 Photografi atau dikenal juga dengan nama STORY Photography.

Beberapa waktu lalu, saya order jasa photografi tersebut untuk acara tanggal 22 Juni 2013. Awalnya, dia menjanjikan foto akan selesai dalam waktu 2 minggu. Setelah terjadi tawar-menawar, akhirnya kami deal dengan harga yang telah ditentukan dengan 1 album liputan dan bonus yang diberikan. DP pun diminta oleh pihak photography tersebut. Saya pun meminta PO / Purchase Order untuk dikirimkan ke saya melalui email karena kebetulan saya tidak berada di Semarang. Saya pun mengajak bertemu ketika saya pulang ke Semarang untuk melihat album yang dimilikinya.

Hingga tanggal kepulangan saya (16 Juni 2013), PO tidak pernah saya terima sama sekali. Kami pun bertemu beberapa hari sebelum acara pada tanggal 22 Juni 2013 di rumahnya (padahal tempat janjian di rumah saya). Kami pun membicarakan tentang hari H acara saya hingga pemilihan warna cover. Sampai saya mengunjungi rumahnya pun PO tidak diberikan kepada saya.

Pada hari H (Sabtu, 22 Juni 2013) sang fotografer datang sedikit terlambat dengan berbagai alasan. Hal ini masih dapat dimaklumi karena ada berbagai kejadian, meskipun telah membuat panik beberapa orang takut kalau dia tidak datang. Keesokan harinya (foto outdoor sebagai bonus), saya merasa tidak kecewa bahkan mengakui bahwa hasilnya cukup memuaskan untuk saya dan keluarga sehingga saya pun memesan 1 album lagi untuk foto-foto outdoor.

Namun saya merasa kecewa dengan album saya.
1. Album acara yang dijanjikan jadi dalam waktu 2 minggu (6 Juli 2013), baru dikirimkan beberapa hari menjelang Idul Fitri (Agustus) dan kebetulan tidak ada yang menerima sehingga harus dibawa pulang lagi oleh bagian percetakan. Berbagai alasan, mulai dari keluarga yang sakit sehingga belum dapat cek ke bagian percetakan hingga percetakan yang ramai karena menjelang Idul Fitri pun di lontarkan. Saya pun meminta kepastian kapan album itu bisa saya terima.

Saya tunggu dan tunggu. Saya selalu bertanya dan pihak fotografer selalu menjanjikan hari yang tidak pernah dia tepati dengan berbagai macam alasan. Akhirnya, hingga bulan September baru saya mendapatkan album liputan acara 22 Juni 2013. Itupun setelah orang tua saya harus menelpon dan menanyakan.

Namun, album yang dikirimkan pun tidak sesuai dengan pesanan. Mulai dari warna cover yang salah, cetak nama yang salah (nama seharusnya: Harry, di cetak: Herry), hingga hiasan yang tidak tertempel pada tempatnya.

2. Album kedua saya (album outdoor), diakuinya sebagai bonus. Padahal saya telah membayar untuk cetak album sesuai yang diminta oleh pihak fotografer ketika melunasinya. Dan hingga sekarang, album kedua saya belum saya terima. Akhirnya saya pun meminta uang album yang telah saya bayarkan di kembalikan. Dijanjikan, uang akan di transfer kembali pada tanggal 12 Oktober 2013. Namun hingga 13 Oktober 2013, uang tersebut belum dikembalikan kepada saya dengan berbagai alasan. Tanggal 14 Oktober 2013 akhirnya orang tua saya mengambil uang tersebut di rumahnya. Ternyata, uang tersebut dipotong dengan alasan untuk design dan album akan jadi pada hari kamis kemarin (17 Oktober 2013).

Ketika saya dikabari oleh ibu saya (14 Oktober 2013) bahwa uang hanya dikembaliin sebagian dan sederet pembicaraan antara si fotografer dan ibu saya (yang menurut pihak fotografer bahwa ibu saya tidak nyambungan tetapi pihak fotografer tidak berani ditemukan kembali dengan ibu saya untuk menceritakan yang sebenarnya dan menuduh saya menyudutkan serta memfitnahnya), saya pun menghubungi pihak fotografer untuk meminta uang saya kembali seutuhnya. Ketika album selesai, pembayaran pun akan dilakukan kembali. Setelah terjadi adu mulut, si fotografer pun berjanji akan mengembalikan uang saya, maksimal hari rabu (16 Oktober 2013) jam 11 malam. Ternyata, hingga sekarang, uang tidak di transfer kembali dan album pun tidak dikirim sesuai yang dijanjikan (Kamis, 17 Oktober 2013).

Saya sudah tidak tau lagi bagaimana harus meminta apa yang harusnya menjadi milik saya. Baik sisa uang maupun album, tidak ada yang saya terima hingga hari ini.

Kamis, 26 September 2013

Menunggumu

Hari demi hari pun berlalu, namun sering kali rasa ini tak dapat ditahan..
Jam demi jam pun berlalu, namun sering kali air mata ini tak dapat dibendung..
Menit demi menit pun berlalu, namun sering kali kegundahan ini tak dapat diredam..

Dari kesemuaannya itu, aku cuma tau untuk selalu menunggumu. Menunggumu dengan sabar untuk kembali.
Menunggumu dengan sabar sampai kau tidak akan pergi lagi..

Menunggumu

Hari demi hari pun berlalu, namun sering kali rasa ini tak dapat ditahan..
Jam demi jam pun berlalu, namun sering kali air mata ini tak dapat dibendung..
Menit demi menit pun berlalu, namun sering kali kegundahan ini tak dapat diredam..

Dari kesemuaannya itu, aku cuma tau untuk selalu menunggumu. Menunggumu dengan sabar untuk kembali.
Menunggumu dengan sabar sampai kau tidak akan pergi lagi..

Menunggumu

Hari demi hari pun berlalu, namun sering kali rasa ini tak dapat ditahan..
Jam demi jam pun berlalu, namun sering kali air mata ini tak dapat dibendung..
Menit demi menit pun berlalu, namun sering kali kegundahan ini tak dapat diredam..

Dari kesemuaannya itu, aku cuma tau untuk selalu menunggumu. Menunggumu dengan sabar untuk kembali.
Menunggumu dengan sabar sampai kau tidak akan pergi lagi..